di suatu tempat yang tak bertuan nalarnya tak sampai menebak-nebak kemungkinan apa yang asing ini akan menjadikannya tinggal bagaimana jika ia salah perihal menabak? selalu begitu kalah dari pikirannya sendiri ingin menjadi yang terlama yang terutama yang membuat suka melalui duka tak ingin menjadi alih-alih sepi hanya menemani yang singkat ini yang pergi tak kembali kemudian menangisi selalu begitu selayaknya ada untuk dipahami dikasihi disayangi dimengerti oleh keinginan yang manusiawi namun kembali lagi pada ini tempat tak bertuan yang masih enggan memberi arah untuk kesana-kemari dibuatnya bingung oleh kebisuan itu tersendiri tak ada ucap tak ada suara tak ada bicara tak ada kata dibiarkan bungkam oleh tempat tak bertuan tuannya masih enggan enggan untuk melakukan keempat ketiadaan harus apa harus bagaimana harus seperti apa terombang-ambing oleh kebingungan yang tak berarah yang seharusnya ada jawabnya.
Melalui aksara, aku bercerita. Melalui aksara, aku menumpahkan rasa. Melalui aksara, aku menyembuhkan luka.