Aku melangkah ke dunia yang sunyi,
tanpa kompas, tanpa pelita di sisi.
Berbekal hati yang penuh cinta kuisi,
dan kepala penuh teka-teki yang menari.
hanya diam yang menggema dan merasuk.
Ini bukan sekadar permainan biasa,
ini labirin tanpa batas dan tanpa jeda,
Setiap keputusan bisa jadi bencana,
atau harapan yang tiba-tiba menyala.
menyusun serpihan tanda tanpa suara.
meretas kode menuju jawaban.
Namun kupilih tetap bertahan,
demi sebuah pemahaman.
Dahulu aku punya tiga nyawa tersisa,
kugenggam erat bagai warisan semesta.
Karena kupikir masih ada yang bisa dijaga,
masih bisa pulih meski luka di mana-mana.
Kini tinggal satu denyut di dada,
berbunyi seperti genderang perang tanpa jeda.
Level ini tinggi—udara pun tak bersahaja,
tiap langkahku gemetar, tiap napasku bertanya.
Tubuhku luka, langkahku pelan,
namun aku belum ingin diam dan padam.
Kupilih tetap berjalan meski perlahan,
di antara puing dan harapan yang karam.
Kini aku berseru ke arah langit yang jauh,
bukan karena kalah—tapi nyaris rapuh.
Nyawaku sisa satu, nyaris luruh,
dan aku tak tahu apakah esok akan sembuh.
Permainan ini milikmu sejak mula,
kau atur alur, kau ciptakan segala.
Tugasku? Menari di ujung rencana,
di atas tali yang hampir patah di antara asa.
Jika aku jatuh, biarlah karena diriku sendiri,
bukan karena jebakanmu yang menanti.
Aku hanya ingin bertahan sepenuh hati,
walau akhirnya musnah dalam sunyi yang tak pernah memberi arti.
- perempuan penyuka bunga
yang hatinya lara.
Comments
Post a Comment