Skip to main content

hembusan angin tak berarah

sejak dua bulan yang lalu
tiba-tiba saja kamu menghampiri ku
tadinya ku pikir hanya ilusi yang dibuat oleh ku
nyatanya tidak
itu sungguh
sempat terbesit akan tahu akhirnya seperti apa
ingin seperti apa
bagaimana akhirnya
ah
tak apa
manusia hanya bisa berencana
aku manusia
maka aku boleh berencana

dua bulan berlalu
bertemu di dunia semu
hanya saling kabar agar sama sama tahu
tadinya aku ingin melawan semesta untuk membuat rencana kecil perihal temu
semesta mengijinkan
entah kamu

dua bulan berlalu
aku jadi tahu apa kebiasaan mu
lagu kesukaan mu
penyanyi kesukaan mu
genre film kekesukaan mu
makanan kesukaan mu
jam tidur mu
banyak yang kau ceritakan pada ku
aku senang mendengar cerita mu

tapi
waktu berjalan
ada yang berbeda
entah hanya aku yang merasakannya
atau hanya kamu juga
kita semakin memberi batas untuk saling mengirim kabar
tak seperti biasanya
jujur aku bertanya-tanya
aku tak suka menebak-nebak
aku tak suka penggantungan

ada apa?
apa yang terjadi?
apa alasannya?
apa penyebabnya?
oleh apa?
apa aku salah?
apa aku bukan kriteria mu?
apa aku hanya sebagai pengusir bosan mu?
apa kita tidak cocok?
apa?
apa?
apa?
bisa kau ceritakan?
apa jangan-jangan ...
kau masih belum bisa lupa oleh wanita mu dahulu?

iya?

terlalu banyak kan cerita yang kalian lukis?
hingga kau sendiri pun lupa kan berapa banyak waktu yang kalian habiskan?
benar begitu?

apa aku hanya kau jadikan teman bercerita mu
teman chating mu siang malam hingga pagi menjelang
teman cerita lelucon di sosial media
teman cerita kisah terdahulu masing-masing kita
teman baik yang selalu menasihati kebaikan
teman berbagi kisah urusan apa saja
apa kita hanya teman?
teman?
iya teman
ah iya aku lupa
kita hanya teman
kau tak pernah memberi tanda bahwa aku spesial
kau tak pernah bilang bahwa kau suka aku
kau tak pernah mengucapkan apa-apa perihal rasa
tak ada tanda
ah lagi-lagi aku lupa
aku yang terlalu perasa
selalu mengartikan apa-apa ke arah sana
kasusnya selalu sama
aku si perasa
kau tak pernah memberi tanda
ingin kemana
ingin menjadi apa
ingin apa kita
ingin bagaimana
ingin seperti apa
dan ingin ingin lainnya

aku lupa
setiap pertemuan pasti selalu ada jalan untuk berakhir
pertemuan apapun
lewat jalan apapun
tak apa
setidaknya kau pernah menjadi jalan yang sempat ku tempuh
walau tak sampai habis

aku sudah tahu akhirnya perihal kita
aku tak mau bilang
biar aku yang menabak-nebak ini di kepala sendiri
tapi aku tak mau jika sampai terjadi
tapi
semoga saja
tebakan ku salah

hei
jangan jadi jauh, ya?

Comments

Popular posts from this blog

Nyawa Terakhir di Dunia Tanpa Peta

Aku melangkah ke dunia yang sunyi, tanpa kompas, tanpa pelita di sisi. Berbekal hati yang penuh cinta kuisi, dan kepala penuh teka-teki yang menari. Tak satu pun suara memberi petunjuk, hanya diam yang menggema dan merasuk. Ini bukan sekadar permainan biasa, ini labirin tanpa batas dan tanpa jeda, Setiap keputusan bisa jadi bencana, atau harapan yang tiba-tiba menyala. Aku belajar bagai buta yang meraba cahaya, menyusun serpihan tanda tanpa suara. Kutulis semua di lembar jiwa, karena tak ada siapa pun yang bisa ditanya. Tapi, sebetulnya bisa kuubah jalan, meretas kode menuju jawaban. Namun kupilih tetap bertahan, demi sebuah pemahaman. Dahulu aku punya tiga nyawa tersisa, kugenggam erat bagai warisan semesta. Karena kupikir masih ada yang bisa dijaga, masih bisa pulih meski luka di mana-mana. Kini tinggal satu denyut di dada, berbunyi seperti genderang perang tanpa jeda. Level ini tinggi—udara pun tak bersahaja, tiap langkahku gemetar, tiap napasku bertanya. Tubuhku luka, langkahku pel...

#Cerpen: Penonton dan Pengisi Acara

Di setiap acara, gadis berbadan mungil itu berusaha untuk menyempatkan waktunya menghadiri seminar, book discussion dan lain-lainnya. Seperti hari ini, ia menyempatkan waktu pulangnya untuk datang ke seminar literasi di fakultas ilmu sosial dan politik. Ia datang hanya seorang diri demi seminar yang mengangkat tema menurutnya menarik. Teman-temannya sudah tak heran melihat gadis itu yang nyeluntur sendirian tiap ada acara. Sasha, biasa gadis itu dipanggil. Paling senang menghadiri acara seminar dan festival literasi, diskusi buku, dan sejenisnya. Tak hanya mendatangi acara dengan tema-tema tertentu. Gadis itu rutin datang ke acara diskusi buku rutin yang diadakan tiap hari Rabu pukul empat sore oleh komunitas Diskala atau Diskusi Buku dan Literasi. Sasha termasuk yang aktif berpartisipasi dalam komunitas tersebut. Siang ini sehabis kelas, gadis itu melangkah masuk ke gedung fakultas sosial dan ilmu politik. Tubuhnya yang mungil dengan pakaian casual dan sneaker putih yang selalu...

Rahasia

Ada yang gelisah sambil menatap keluar dari jendela Langit malam dengan udara dingin seolah ingin menyamai posisinya Bulan dan bintang seakan gagu Ada yang resah tentang tanya Sinar rembulan malam itu tampak redup, ia pun seperti ragu menampakan cahayanya Suara-suara jangkrik tak terdengar, seolah bisu Banyak yang bertanya-tanya Tapi mereka tak dapat menjawab Dan tentang semua ini Semesta tahu jawabnya. —Teruntuk kamu yang sampai saat ini masih terlalu ambigu untuk ku. Obrolan-obrolan ngaco di setiap harinya pun semu. Tulisan ini dari ku yang masih menunggu apa mau mu.