Skip to main content

asing

Yang di hadapan seolah berjarak
Masing-masing mereka tertunduk
Terfokus oleh benda kecil serbaguna bernama ponsel

Kopi yang dipesan mendingin
Menyisakan sepotong kue yang masih enggan dilahap
Pemiliknya melupakan itu
Tidak obrolan ringan yang terselip
Hanya ada obrolan semu yang hanya dapat disaksikan oleh masing-masing pengirimnya

Riuh tawa dari meja depan menyadarkan
Yang di hadapan terdiam saling pandang, kemudian tersadar

Apalagi yang lebih menyenangkan selain tertawa lepas bertatap muka daripada emotikon yang dikirim oleh penggunanya?

Diletakannya benda kecil serbaguna itu
Kembali menyeruput kopi yang kian mendingin

 "Aku rasa kopi mu meminta untuk dihabiskan," ucapnya memulai

"Tapi dia tak berbicara seperti itu kepadaku," jawab yang di hadapan dengan iringan tawa kecil

Karena pada nyatanya, ponsel dapat membuat yang berhadapan menjadi terasing. Segera taruh ponsel mu, dan mulailah menyapa sekitar.


– Tulisan ini dibuat 2018 lalu, yang kemudian diterbitkan oleh Buletin Man 2 Kota Tangerang, dan dibagikan tiap dua minggu sekali.

Comments

Popular posts from this blog

Nyawa Terakhir di Dunia Tanpa Peta

Aku melangkah ke dunia yang sunyi, tanpa kompas, tanpa pelita di sisi. Berbekal hati yang penuh cinta kuisi, dan kepala penuh teka-teki yang menari. Tak satu pun suara memberi petunjuk, hanya diam yang menggema dan merasuk. Ini bukan sekadar permainan biasa, ini labirin tanpa batas dan tanpa jeda, Setiap keputusan bisa jadi bencana, atau harapan yang tiba-tiba menyala. Aku belajar bagai buta yang meraba cahaya, menyusun serpihan tanda tanpa suara. Kutulis semua di lembar jiwa, karena tak ada siapa pun yang bisa ditanya. Tapi, sebetulnya bisa kuubah jalan, meretas kode menuju jawaban. Namun kupilih tetap bertahan, demi sebuah pemahaman. Dahulu aku punya tiga nyawa tersisa, kugenggam erat bagai warisan semesta. Karena kupikir masih ada yang bisa dijaga, masih bisa pulih meski luka di mana-mana. Kini tinggal satu denyut di dada, berbunyi seperti genderang perang tanpa jeda. Level ini tinggi—udara pun tak bersahaja, tiap langkahku gemetar, tiap napasku bertanya. Tubuhku luka, langkahku pel...

sometimes it's across my head

i'm afraid of time flying so fast  i'm afraid of what will happen in the future i'm afraid of the world not as good as i thought i'm afraid of life ahead more dims i'm afraid of anything that hasn't happened yet i just missed my childhood no pain no burden no anxious no more frightening the only happiness that exists have you ever hate being an adult? heve you ever cried because you are going to mature? heve you ever sad because you're you? while you want to come back to being a kid again? wondering how being an adult is sucked life is getting worse when you realized you're not you formerly i supposed that grow up is whole things full of happiness and new things became full of joy but you changed you are growing up you being you now there are new challenges there are lots of nano-nano you can't be supposed to i don't know i'm afraid -i

11:02, 3 Juli 2018

Aku teringat lagi prihal jarak; yang pernah membutakan ku dulu pada mu. Hai? Sekarang apa kabar? Senang rasanya perlahan sudah terbiasa untuk biasa saja. Tapi, aku akan lebih senang lagi jika semesta berencana untuk suatu pertemuan abadi. Hei, tapi lihat lah aku, tersenyum sendiri seperti orang bodoh disini. Membaca ulang pesan yang kau kirim mengenai suara ku akan lagu tersebut. 'hehehe gapapa, tapi bagus kok.' Eh, atau barangkali aku akan lebih dari sekedar senang jika suatu hari nanti 'hehehe' mu tergantikan oleh tawa renyah mu langsung di hadapan ku. Ah, semoga semesta membaca aksara-aksara ku ini. — Dari ku di Tangerang teruntuk yang di Timur pulau ini.