Skip to main content

19

gadis kecil yang saat itu dipusingkan pertanyaan-pertanyaan di kepala
kini ia sudah tumbuh dewasa 
pandangannya perihal cinta sudah berbeda
katanya cinta itu seram dan jahat
menaruh cinta kepada yang bukan si pemiliknya
membuat ia terjebak sendiri 
mencari-cari
merasa tak aman
merasa takut akan kepergian
hari-harinya dipenuhi ketakutan
tak berarah
berharap terus menetap
tanpa ia tahu isi hati pemudanya
banyak pertanyaan di kepala
yang sering ia pertanyakan
akhirnya menyebabkan patah hati yang hebat
hari-hari seperti tak minat
kosong 
hampa
bosan
monoton

kepercayaannya kepada kaum adam dan cinta
seperti hilang
keadaan memaksanya berdamai terhadap dirinya sendiri 
hari ke hari dihabiskan untuk mengenali dirinya sendiri 
satu persatu mencari dirinya siapa 
waktu ke waktu memahami dirinya bagaimana
minggu ke minggu menyadari bahwa ada kehilangan yang membuat ia menemukan dirinya

sejak saat itu ia belajar banyak hal 
tentang teori orang-orang yang datang dan pergi
entah untuk tinggal atau membantunya tumbuh

diajari perihal tidak lelah untuk berbuat baik 
sekalipun kepada orang yang menjahatinya
sekalipun kepada orang yang membencinya
perihal perlakukan orang dengan sebaik-baiknya
tak apa orang yang pernah datang untuk sekedar membantunya tumbuh
tidak melakukan itu
tapi setidaknya bagi dirinya itu adalah sebuah pelajaran penting yang ia ambil
tak apa kau tak saling kenal
tak apa kau tak saling akrab
tak apa kau tak saling suka
tak apa kau tak saling terbuka
tetaplah perlakukan orang dengan sebaik-baiknya

diajari perihal memaafkan 
komponen penting yang mondominasi ia tumbuh
tak apa mereka begitu
tak apa mereka jahat kepadamu
tak apa mereka tak berbuat seperti apa yang telah kau perbuat
tak apa mereka memandangmu sebelah
dan tak apa tak apa lain
semoga maaf tulus yang datangnya dari hati membuatnya terus bisa memaafkan

kini ia tumbuh dewasa 
pelajaran-pelajaran yang ia dapat dari orang-orang yang datang dan pergi di kehidupan
merubah cara pandangnya
bahwa cinta yang diletakan pada ruang semestinya tak akan jahat dan seram
ia tumbuh di sana 
dijaganya 
dirawatnya 
dikasihinya
ia tak pernah tahu rasanya dicintai
yang ia tahu dicintai adalah hal yang diogahkannya
mencintai adalah hal yang dibanggakan
pikirnya kala itu
kini ia tahu 
dicintai lebih menyenangkan daripada mencintai 
ia merasa aman
ia tak merasa takut akan kepergian
ia tak harus mengeluarkan usaha berlebihan
ia tak harus memikirkan pertanyaan-pertanyaan
ia sudah tak mencari-cari lagi
ia merasa berharga bahwa ada yang telah mencintainya

5:14 am
september, 14

Comments

Popular posts from this blog

Nyawa Terakhir di Dunia Tanpa Peta

Aku melangkah ke dunia yang sunyi, tanpa kompas, tanpa pelita di sisi. Berbekal hati yang penuh cinta kuisi, dan kepala penuh teka-teki yang menari. Tak satu pun suara memberi petunjuk, hanya diam yang menggema dan merasuk. Ini bukan sekadar permainan biasa, ini labirin tanpa batas dan tanpa jeda, Setiap keputusan bisa jadi bencana, atau harapan yang tiba-tiba menyala. Aku belajar bagai buta yang meraba cahaya, menyusun serpihan tanda tanpa suara. Kutulis semua di lembar jiwa, karena tak ada siapa pun yang bisa ditanya. Tapi, sebetulnya bisa kuubah jalan, meretas kode menuju jawaban. Namun kupilih tetap bertahan, demi sebuah pemahaman. Dahulu aku punya tiga nyawa tersisa, kugenggam erat bagai warisan semesta. Karena kupikir masih ada yang bisa dijaga, masih bisa pulih meski luka di mana-mana. Kini tinggal satu denyut di dada, berbunyi seperti genderang perang tanpa jeda. Level ini tinggi—udara pun tak bersahaja, tiap langkahku gemetar, tiap napasku bertanya. Tubuhku luka, langkahku pel...

#Cerpen: Penonton dan Pengisi Acara

Di setiap acara, gadis berbadan mungil itu berusaha untuk menyempatkan waktunya menghadiri seminar, book discussion dan lain-lainnya. Seperti hari ini, ia menyempatkan waktu pulangnya untuk datang ke seminar literasi di fakultas ilmu sosial dan politik. Ia datang hanya seorang diri demi seminar yang mengangkat tema menurutnya menarik. Teman-temannya sudah tak heran melihat gadis itu yang nyeluntur sendirian tiap ada acara. Sasha, biasa gadis itu dipanggil. Paling senang menghadiri acara seminar dan festival literasi, diskusi buku, dan sejenisnya. Tak hanya mendatangi acara dengan tema-tema tertentu. Gadis itu rutin datang ke acara diskusi buku rutin yang diadakan tiap hari Rabu pukul empat sore oleh komunitas Diskala atau Diskusi Buku dan Literasi. Sasha termasuk yang aktif berpartisipasi dalam komunitas tersebut. Siang ini sehabis kelas, gadis itu melangkah masuk ke gedung fakultas sosial dan ilmu politik. Tubuhnya yang mungil dengan pakaian casual dan sneaker putih yang selalu...

Rahasia

Ada yang gelisah sambil menatap keluar dari jendela Langit malam dengan udara dingin seolah ingin menyamai posisinya Bulan dan bintang seakan gagu Ada yang resah tentang tanya Sinar rembulan malam itu tampak redup, ia pun seperti ragu menampakan cahayanya Suara-suara jangkrik tak terdengar, seolah bisu Banyak yang bertanya-tanya Tapi mereka tak dapat menjawab Dan tentang semua ini Semesta tahu jawabnya. —Teruntuk kamu yang sampai saat ini masih terlalu ambigu untuk ku. Obrolan-obrolan ngaco di setiap harinya pun semu. Tulisan ini dari ku yang masih menunggu apa mau mu.