Skip to main content

mr. earphone

tiba-tiba handphone model lamaku dihujani panggilan masuk 
kadang panggilan suara
kadang panggilan video 
kadang panggilan suara 
kadang panggilan video 
berulang saja siklusnya
tiap malam
getaran handphoneku adalah salah satu notifikasi bahagiaku
aku akan menceritakan perihalmu di sini
kau tak perlu tahu ini
beruntung jika kau dapat membaca tulisan ini
sialnya aku yang ingin kau membaca ini, tapi aku malu
sebab jika kuberitahu perihalmu di sini, aku akan super malu
layar handphoneku dihiasi oleh figurmu
tak lupa earphone putih yang sudah mulai memudar warnanya ikut membantu
rambut yang mulai memanjang itu 
kuperhatikan sejak foto profilmu saat itu
tidak sepanjang ini, pikirku
lucu
aku suka rambutmu
layarku bergerak kesana kemari
kau sedang mengatur posisimu
mencari angle yang pas
aku lupa posisiku
yang kuingat hanya menonton aksimu dari sebarang layar
kameramu mengarah ke wajahmu
yang tersorot pertama adalah mata
aku memperhatikan matamu
dua matamu yang sendu malam itu
aku tak pandai menebak
aku tak pandai meramal
tapi yang kurasakan 
dibalik tidak apa-apa yang keluar dari mulutmu
ada apa-apa di sana
matamu yang berbicara
ada ketakutan yang bersumber dari mata itu
ada kekhawatiran yang engkau pikiran
ada kecemasan yang menghantui 
yang entah apa
tapi kau selalu memikirkannya
di malam-malam selanjutnya 
aku suka memperhatikan matamu
mata sendu itu
dihiasinya
kecemasanmu
ketakutanmu
kekhawatiranmu
aku seperti tahu
atau terburuknya hanya kesok-tahuanku
pengulangan terjadi 
aku mengkhawatari 
jadi ikut memikirkan apa yang akan terjadi 
waktu malamku bersama tuhan, sengajaku sisipkan namamu
aku berdoa untukmu
aku berdoa kepada-Nya 
semoga kau dikuatkan selalu 
hatinya
fisiknya 
batinnya 
jiwanya 
figurmu selalu mengingatkanku
untuk tak lupa kembali berdoa hal baik
dihadapkan tuhanku
semoga kau tak apa
semoga kau baik baik saja
semoga kau bahagia serta ceria


 

                                                                        -q

Comments

Popular posts from this blog

Nyawa Terakhir di Dunia Tanpa Peta

Aku melangkah ke dunia yang sunyi, tanpa kompas, tanpa pelita di sisi. Berbekal hati yang penuh cinta kuisi, dan kepala penuh teka-teki yang menari. Tak satu pun suara memberi petunjuk, hanya diam yang menggema dan merasuk. Ini bukan sekadar permainan biasa, ini labirin tanpa batas dan tanpa jeda, Setiap keputusan bisa jadi bencana, atau harapan yang tiba-tiba menyala. Aku belajar bagai buta yang meraba cahaya, menyusun serpihan tanda tanpa suara. Kutulis semua di lembar jiwa, karena tak ada siapa pun yang bisa ditanya. Tapi, sebetulnya bisa kuubah jalan, meretas kode menuju jawaban. Namun kupilih tetap bertahan, demi sebuah pemahaman. Dahulu aku punya tiga nyawa tersisa, kugenggam erat bagai warisan semesta. Karena kupikir masih ada yang bisa dijaga, masih bisa pulih meski luka di mana-mana. Kini tinggal satu denyut di dada, berbunyi seperti genderang perang tanpa jeda. Level ini tinggi—udara pun tak bersahaja, tiap langkahku gemetar, tiap napasku bertanya. Tubuhku luka, langkahku pel...

#Cerpen: Penonton dan Pengisi Acara

Di setiap acara, gadis berbadan mungil itu berusaha untuk menyempatkan waktunya menghadiri seminar, book discussion dan lain-lainnya. Seperti hari ini, ia menyempatkan waktu pulangnya untuk datang ke seminar literasi di fakultas ilmu sosial dan politik. Ia datang hanya seorang diri demi seminar yang mengangkat tema menurutnya menarik. Teman-temannya sudah tak heran melihat gadis itu yang nyeluntur sendirian tiap ada acara. Sasha, biasa gadis itu dipanggil. Paling senang menghadiri acara seminar dan festival literasi, diskusi buku, dan sejenisnya. Tak hanya mendatangi acara dengan tema-tema tertentu. Gadis itu rutin datang ke acara diskusi buku rutin yang diadakan tiap hari Rabu pukul empat sore oleh komunitas Diskala atau Diskusi Buku dan Literasi. Sasha termasuk yang aktif berpartisipasi dalam komunitas tersebut. Siang ini sehabis kelas, gadis itu melangkah masuk ke gedung fakultas sosial dan ilmu politik. Tubuhnya yang mungil dengan pakaian casual dan sneaker putih yang selalu...

Rahasia

Ada yang gelisah sambil menatap keluar dari jendela Langit malam dengan udara dingin seolah ingin menyamai posisinya Bulan dan bintang seakan gagu Ada yang resah tentang tanya Sinar rembulan malam itu tampak redup, ia pun seperti ragu menampakan cahayanya Suara-suara jangkrik tak terdengar, seolah bisu Banyak yang bertanya-tanya Tapi mereka tak dapat menjawab Dan tentang semua ini Semesta tahu jawabnya. —Teruntuk kamu yang sampai saat ini masih terlalu ambigu untuk ku. Obrolan-obrolan ngaco di setiap harinya pun semu. Tulisan ini dari ku yang masih menunggu apa mau mu.