Hari kelima, luka sudah membaik. Tapi, Mika masih disuruh mengenakan plaster. Hari ini sepertinya Via datang agak telat. Soalnya sudah jam segini belum datang.
Baru saja ingin menelpon, tiba-tiba ada sms masuk. Mika kira dari Via. Ternyata bukan. Nomernya juga belum tersimpan dikontak.
'Luka lo parah banget kali? Kok sampe lima hari gini masih pake plaster?.'
Hah! Ini siapa? Sms ini membuat Mika celingak-celinguk mencari pengirimnya yang sepertinya masih disekitaran ini.
Siapa pengirimnya. Kak Rayhan, mustahil. Via, tidak mungkin. Lagipula nomernya Via sudah Mika simpan. Ingin membalas, Mika baru ingat nomernya dalam masa tenggang.
Via sudah datang. Mika langsung ceritakan kejadian baru saja. Ditengah-tengah Mika seru bercerita, tiba-tiba ada sms masuk lagi.
"Tuh, Vi. Gue rasa nomer yang tadi lagi deh."
"Coba buka." setelah dibuka, ternyata dari Anisa.
"Yaelah, Anisa."
'Mik, buku yang aku pinjem udah selesai nih, nanti ambil aja dikelas aku. Gws yaaa'
Mika membuang napas.
"Buka apaan, Mik?
"Buku Bahasa Indonesia."
_______
Baru saja ingin menelpon, tiba-tiba ada sms masuk. Mika kira dari Via. Ternyata bukan. Nomernya juga belum tersimpan dikontak.
'Luka lo parah banget kali? Kok sampe lima hari gini masih pake plaster?.'
Hah! Ini siapa? Sms ini membuat Mika celingak-celinguk mencari pengirimnya yang sepertinya masih disekitaran ini.
Siapa pengirimnya. Kak Rayhan, mustahil. Via, tidak mungkin. Lagipula nomernya Via sudah Mika simpan. Ingin membalas, Mika baru ingat nomernya dalam masa tenggang.
Via sudah datang. Mika langsung ceritakan kejadian baru saja. Ditengah-tengah Mika seru bercerita, tiba-tiba ada sms masuk lagi.
"Tuh, Vi. Gue rasa nomer yang tadi lagi deh."
"Coba buka." setelah dibuka, ternyata dari Anisa.
"Yaelah, Anisa."
'Mik, buku yang aku pinjem udah selesai nih, nanti ambil aja dikelas aku. Gws yaaa'
Mika membuang napas.
"Buka apaan, Mik?
"Buku Bahasa Indonesia."
_______
Mika lupa buku Bahasa Indonesianya ada di Anisa. Kenapa baru ingat sekarang, ketika bel pulang berbunyi. Mika lari-larian menaiki tangga menuju kelas Anisa.
Saat memasuki kelasnya, syukurlah, ia belum pulang. Anisa memberikan bukunya lalu berucap terimakasih.
Mika kembali, tanpa sengaja ia berpapasan oleh cowok kemarin, yang mengucapkan cepat sembuh. Tapi, kali ini dia diam saja. Melainkan memperhatikan sinis luka Mika.
Kok, Mika jadi sedih, ya? Ketika cowok itu berlalu tanpa mengucapakan sepatah kata apapun. Seperti kemarin. Ah, sudah!
Lagipula, Mika tidak kenal dengan dia. "Cocoh, lo kemana aje?" suara seseorang dari belakang. Mika menoleh. Temannya memanggilnya dengan sebutan Cocoh. His name Cocoh.
_______
Saat memasuki kelasnya, syukurlah, ia belum pulang. Anisa memberikan bukunya lalu berucap terimakasih.
Mika kembali, tanpa sengaja ia berpapasan oleh cowok kemarin, yang mengucapkan cepat sembuh. Tapi, kali ini dia diam saja. Melainkan memperhatikan sinis luka Mika.
Kok, Mika jadi sedih, ya? Ketika cowok itu berlalu tanpa mengucapakan sepatah kata apapun. Seperti kemarin. Ah, sudah!
Lagipula, Mika tidak kenal dengan dia. "Cocoh, lo kemana aje?" suara seseorang dari belakang. Mika menoleh. Temannya memanggilnya dengan sebutan Cocoh. His name Cocoh.
_______
Via sudah berencana malam ini ingin menginap dirumah Mika. Jam delapan malem katanya akan sampai. Mika lagi santai baca novel pinjaman perpustakaan.
Suara ketukan pintu dari kamar Mika. Sudah feeling, itu adalah Via. Dan, benar saja.
"Mik, gue ada kabar soal Rayhan sama Kaka Itu."
Yang tadinya serius baca, jadi agak disantaikan sedikit.
"Hmm."
"Tumben. Biasanya lo heboh, haha."
"Gue sadar, berharap itu secukupnya. Kabar apa?"
"Rayhan sama Kaka Itu, cuma deket doang. Gajadian!"
"Iya, tau kok. Mendung belum tentu hujan. Deket belum tentu jadian."
Kebiasaan Via kalau nginep, semua barang milik Mika, dikopoin satu-satu.
"Nah, itu lo tau. Eh, buku apaan nih? Kok gue baru liat." Mika menoleh sebentar.
"Diary gue itu! Waktu awal masuk SMA, dari awal sampe Masa Orientasi Siswa." Via mulai membuka bukunya.
"Jadi, waktu gue MOS itu gue pernah naksir cowok, Vi---" Mika jeda membacanya dan lanjut bercerita.
"Terus?"
"Dia satu kelompok sama gue. Ultah kita beda dua hari. Tapi, sampe sekarang gue gatau dia masuk jurusan apa, dikelas mana."
"Namanya Putra?" Mika mengangguk.
"Gue lupa nama panjangnya." Via seperti sedang mengingat nama seseorang yang juga bernama Putra.
"Bagus Putra anak sepuluh ips satu, kali?" tebak Via.
"Itu mah si Putra temen SD gue. Bukan. Gue lupa. Orangnya juga lupa gue.
"Siapa, ya?"
"Mungkin, kalo gue masih inget sekarang, gue bakal lanjutin perasaan gue ke dia." ucapnya tersenyum sambil mengingat cowok tadi dideket perpustakaan.
Mika langsung bergedig dan lanjut membaca novelnya.
_______
Suara ketukan pintu dari kamar Mika. Sudah feeling, itu adalah Via. Dan, benar saja.
"Mik, gue ada kabar soal Rayhan sama Kaka Itu."
Yang tadinya serius baca, jadi agak disantaikan sedikit.
"Hmm."
"Tumben. Biasanya lo heboh, haha."
"Gue sadar, berharap itu secukupnya. Kabar apa?"
"Rayhan sama Kaka Itu, cuma deket doang. Gajadian!"
"Iya, tau kok. Mendung belum tentu hujan. Deket belum tentu jadian."
Kebiasaan Via kalau nginep, semua barang milik Mika, dikopoin satu-satu.
"Nah, itu lo tau. Eh, buku apaan nih? Kok gue baru liat." Mika menoleh sebentar.
"Diary gue itu! Waktu awal masuk SMA, dari awal sampe Masa Orientasi Siswa." Via mulai membuka bukunya.
"Jadi, waktu gue MOS itu gue pernah naksir cowok, Vi---" Mika jeda membacanya dan lanjut bercerita.
"Terus?"
"Dia satu kelompok sama gue. Ultah kita beda dua hari. Tapi, sampe sekarang gue gatau dia masuk jurusan apa, dikelas mana."
"Namanya Putra?" Mika mengangguk.
"Gue lupa nama panjangnya." Via seperti sedang mengingat nama seseorang yang juga bernama Putra.
"Bagus Putra anak sepuluh ips satu, kali?" tebak Via.
"Itu mah si Putra temen SD gue. Bukan. Gue lupa. Orangnya juga lupa gue.
"Siapa, ya?"
"Mungkin, kalo gue masih inget sekarang, gue bakal lanjutin perasaan gue ke dia." ucapnya tersenyum sambil mengingat cowok tadi dideket perpustakaan.
Mika langsung bergedig dan lanjut membaca novelnya.
_______
Mika baru sampai disekolah, Via sudah daritadi. Mika lupa membawa buku tugas dan itu yang membuatnya harus balik kerumah untuk mengambilnya.
Sambil melewati koridor, Mika berpapasan dengan cowok yang kemarin. Mika penasaran reaksi cowok itu terhadap Mika. Akan kah sama seperti waktu pertama berbicara.
Dan, ternyata, cowok itu melirik Mika sebentar kemudian memalingkan wajahnya dengan cuek. Sumpah, dia cuek banget! Mika kenapa jadi sedih, ya? Duh, kenapa sih dia?.
Selama pelajaran berlangsung, Mika melamun. Ia jadi galau memikarkan cowok itu.
Drttt-drttt-drttt-------
Saat dibuka pesannya, dari nomer kemarin.
'Gue khawatir aja lo kenapa-kenapa.'
Dan sms itu membuat Mika pusing plus galau. Ini siapa siiiiiiiih?!
_________
Sambil melewati koridor, Mika berpapasan dengan cowok yang kemarin. Mika penasaran reaksi cowok itu terhadap Mika. Akan kah sama seperti waktu pertama berbicara.
Dan, ternyata, cowok itu melirik Mika sebentar kemudian memalingkan wajahnya dengan cuek. Sumpah, dia cuek banget! Mika kenapa jadi sedih, ya? Duh, kenapa sih dia?.
Selama pelajaran berlangsung, Mika melamun. Ia jadi galau memikarkan cowok itu.
Drttt-drttt-drttt-------
Saat dibuka pesannya, dari nomer kemarin.
'Gue khawatir aja lo kenapa-kenapa.'
Dan sms itu membuat Mika pusing plus galau. Ini siapa siiiiiiiih?!
_________
Guru Bahasa Indonesia minta tugasnya diserahkan pas jam istirahat. Mika dan Via buru-buru menghampiri guru Bahasa Indonesia tersebut, juga karena Via yang kebelet buang air kecil.
"Abis ngasih ini, lo anterin gue ke toilet, ya?"
"Iya, Vi."
Setelah diserahkan, Via langsung narik tangan Mika. Tapi, guru Bahasa Indonesia menyuruh Mika untuk mengantarkan buku.
"Oh ya, tolong kasih ke anak sepuluh ipa satu, ya. Bukunya kebawa sama ibu."
Via yang udah gabisa nahan, langsung ngacir duluan. Mika melaksanan perintah guru tersebut.
Saat ia lihat namanya----
"Rizky Adi Putra."
DEG!
Respect pikirannya mengingat ke enam bulan yang lalu. Ah, iya. Nama ini bukannya-----
Benar. Bukankah nama ini, nama cowok yang Mika taksir saat Masa Orientasi Siswa dihari pertama.
Iya. Tidak salah. Putra. Benar. Rizky A. Putra. Begitu saat ingatan Mika dapat mengingat nama tersebut.
Mika berjalan pelan. Jantungnya dag-dig-dug. Buku ini yang sekarang ditangannya, adalah buku orang yang membuat Mika jatuh cinta untuk yang pertama kali di SMA.
Dikoridor, Mika melihat cowok tadi pagi bersama teman-temannya. Mika sengaja tak menoleh dan memasang wajah jutek. Toh, tadi juga ia begitu kan.
Ah, kebetulan ada Anisa didepan pintu kelasnya. Mika menghampiri.
"Anesah."
"Mikaaa."
Anisa tersenyum, anaknya emang ramah banget sih.
"Ada apa?"
"Mau cari yang namanya, e... Rizky Adi Putra." ucapnya sambil mengingat namanya tanpa melihat nama yang tertulis dibukunya. Wajah Anisa tadi jadi panik.
"Kamu mau ngapain?" Mika mengerutkan dahi.
"Ngomel apa sih? Kenal aja ngga." Anisa menyengir.
"Itu Rizky, disana. Yang lagi duduk dibalkon."
Mika menoleh ke arah yang Anisa tunjuk.
DEG!
"Yang lagi duduk sendiri diantara dua temennya yang lagi berdiri." Mika mematung. Menatap seolah tak percaya.
'Cowok itu bukannya yang ngucapin gue cepet sembuh, ya. Jadi, namanya Rizky Adi Putra, itu dia. Yang MOS itu. Firts person yang bikin gue jatuh cinta di SMA.'
Mika tertegun melihatnya dari sini. "Kok diem? Yaudah, kasih aja."
Mika langsung menghampiri cowok itu dengan gugup.
Mika menatapnya grogi. Cowok itu melihatinya balik.
"Elo?" Gumam Mika sambil menatapnya dalam-dalam. Cowok itu salah tingkah.
"J..jadi elo?" Mika terbata-bata.
"Iya, gue tau gue salah. Gua ngga sengaja. Sorry banget, ya?"
WHAT?
Mika mematung. Jadi, cowok ini juga yang membuat kening Mika luka.
"Ya ampun." Mika memegang keningnya.
"Gue yang nendang bola itu. Emang lo gatau soal itu?" Mika menggeleng.
"Sorry banget, ya? Niatnya gue mau ngegol tapi-----"
"Iya-iya, gue tau. Tapi, meleset kena gue." Mika melihati kedua temannya, keduanya diam saling memperhatikan.
"Jangan-jangan nomer it-----"
"Iya, itu nomer gue."
"Hah?!"
"Gue khawatir sama lo. Sorry banget, ya?"
Mika terdiam sejenak. Tidak menyangka akan semua ini. Bola itu. Cowok waktu MOS.
"Oke-oke, gue udah maafin. Tapi, beneran gue gatau kalo elo yang------ udah-udah, gue gamau memperpanjang. Intinya, udah gue maafin. Ini, gue mau ngasih buku lo."
Cowok itu menerimanya.
"Makasih, yaa." Dia tersenyum. Untuk yang pertama kalinya Mika melihat cowok itu tersenyum.
"S..sama-sama. Gue duluan, ya?" Cowok itu mengangguk. Dia sudah tidak jutek lagi. Mika langsung pergi.
"Eh?" Dia memanggil. Mika menoleh. "Hati-hati." Mika cuma mengangguk. Setelah itu tersenyum bahagia.
_________
"Abis ngasih ini, lo anterin gue ke toilet, ya?"
"Iya, Vi."
Setelah diserahkan, Via langsung narik tangan Mika. Tapi, guru Bahasa Indonesia menyuruh Mika untuk mengantarkan buku.
"Oh ya, tolong kasih ke anak sepuluh ipa satu, ya. Bukunya kebawa sama ibu."
Via yang udah gabisa nahan, langsung ngacir duluan. Mika melaksanan perintah guru tersebut.
Saat ia lihat namanya----
"Rizky Adi Putra."
DEG!
Respect pikirannya mengingat ke enam bulan yang lalu. Ah, iya. Nama ini bukannya-----
Benar. Bukankah nama ini, nama cowok yang Mika taksir saat Masa Orientasi Siswa dihari pertama.
Iya. Tidak salah. Putra. Benar. Rizky A. Putra. Begitu saat ingatan Mika dapat mengingat nama tersebut.
Mika berjalan pelan. Jantungnya dag-dig-dug. Buku ini yang sekarang ditangannya, adalah buku orang yang membuat Mika jatuh cinta untuk yang pertama kali di SMA.
Dikoridor, Mika melihat cowok tadi pagi bersama teman-temannya. Mika sengaja tak menoleh dan memasang wajah jutek. Toh, tadi juga ia begitu kan.
Ah, kebetulan ada Anisa didepan pintu kelasnya. Mika menghampiri.
"Anesah."
"Mikaaa."
Anisa tersenyum, anaknya emang ramah banget sih.
"Ada apa?"
"Mau cari yang namanya, e... Rizky Adi Putra." ucapnya sambil mengingat namanya tanpa melihat nama yang tertulis dibukunya. Wajah Anisa tadi jadi panik.
"Kamu mau ngapain?" Mika mengerutkan dahi.
"Ngomel apa sih? Kenal aja ngga." Anisa menyengir.
"Itu Rizky, disana. Yang lagi duduk dibalkon."
Mika menoleh ke arah yang Anisa tunjuk.
DEG!
"Yang lagi duduk sendiri diantara dua temennya yang lagi berdiri." Mika mematung. Menatap seolah tak percaya.
'Cowok itu bukannya yang ngucapin gue cepet sembuh, ya. Jadi, namanya Rizky Adi Putra, itu dia. Yang MOS itu. Firts person yang bikin gue jatuh cinta di SMA.'
Mika tertegun melihatnya dari sini. "Kok diem? Yaudah, kasih aja."
Mika langsung menghampiri cowok itu dengan gugup.
Mika menatapnya grogi. Cowok itu melihatinya balik.
"Elo?" Gumam Mika sambil menatapnya dalam-dalam. Cowok itu salah tingkah.
"J..jadi elo?" Mika terbata-bata.
"Iya, gue tau gue salah. Gua ngga sengaja. Sorry banget, ya?"
WHAT?
Mika mematung. Jadi, cowok ini juga yang membuat kening Mika luka.
"Ya ampun." Mika memegang keningnya.
"Gue yang nendang bola itu. Emang lo gatau soal itu?" Mika menggeleng.
"Sorry banget, ya? Niatnya gue mau ngegol tapi-----"
"Iya-iya, gue tau. Tapi, meleset kena gue." Mika melihati kedua temannya, keduanya diam saling memperhatikan.
"Jangan-jangan nomer it-----"
"Iya, itu nomer gue."
"Hah?!"
"Gue khawatir sama lo. Sorry banget, ya?"
Mika terdiam sejenak. Tidak menyangka akan semua ini. Bola itu. Cowok waktu MOS.
"Oke-oke, gue udah maafin. Tapi, beneran gue gatau kalo elo yang------ udah-udah, gue gamau memperpanjang. Intinya, udah gue maafin. Ini, gue mau ngasih buku lo."
Cowok itu menerimanya.
"Makasih, yaa." Dia tersenyum. Untuk yang pertama kalinya Mika melihat cowok itu tersenyum.
"S..sama-sama. Gue duluan, ya?" Cowok itu mengangguk. Dia sudah tidak jutek lagi. Mika langsung pergi.
"Eh?" Dia memanggil. Mika menoleh. "Hati-hati." Mika cuma mengangguk. Setelah itu tersenyum bahagia.
_________
Sejak insiden kemarin, mereka jadi dekat lewat chat. Mika baru tahu kalau Rizky atau Putra mendapatkan nomernya dari Anisa. Pantas saja, ada kejanggalan dari sikap Anisa.
Dichat mereka dekat. Kalau bertemupun Rizky yang tersenyum duluan. Membuat Mika tidak bisa tidur mengingat senyumnya.
Kadang Rizky duluan yang mengajak Mika mengobrol, atau sebaliknya. Mereka jadi akrab. Now, they meet again. And, get closer.
Dichat mereka dekat. Kalau bertemupun Rizky yang tersenyum duluan. Membuat Mika tidak bisa tidur mengingat senyumnya.
Kadang Rizky duluan yang mengajak Mika mengobrol, atau sebaliknya. Mereka jadi akrab. Now, they meet again. And, get closer.
--THE END---
Comments
Post a Comment