Skip to main content

Posts

#Cerpen: Penonton dan Pengisi Acara

Di setiap acara, gadis berbadan mungil itu berusaha untuk menyempatkan waktunya menghadiri seminar, book discussion dan lain-lainnya. Seperti hari ini, ia menyempatkan waktu pulangnya untuk datang ke seminar literasi di fakultas ilmu sosial dan politik. Ia datang hanya seorang diri demi seminar yang mengangkat tema menurutnya menarik. Teman-temannya sudah tak heran melihat gadis itu yang nyeluntur sendirian tiap ada acara. Sasha, biasa gadis itu dipanggil. Paling senang menghadiri acara seminar dan festival literasi, diskusi buku, dan sejenisnya. Tak hanya mendatangi acara dengan tema-tema tertentu. Gadis itu rutin datang ke acara diskusi buku rutin yang diadakan tiap hari Rabu pukul empat sore oleh komunitas Diskala atau Diskusi Buku dan Literasi. Sasha termasuk yang aktif berpartisipasi dalam komunitas tersebut. Siang ini sehabis kelas, gadis itu melangkah masuk ke gedung fakultas sosial dan ilmu politik. Tubuhnya yang mungil dengan pakaian casual dan sneaker putih yang selalu...

Adaptasi, Penerimaan dan Toleransi serta Afeksi yang Tak Terpenuhi

M engubur ego demi adaptasi  Untukku yang menginginkan afeksi Kamu yang sedikit apresiasi Kamu yang kurang hati-hati Kamu yang tidak peduli Kamu yang tak banyak ahli Kamu yang hanya melihat diri sendiri Semua kupelajari dan kumaklumi  Entah harapku yang terlalu tinggi Atau kamu yang tidak tahu diri Berbicara perihal memberi  Katanya tak perlu diharap itu dapat kembali Bisa jadi akan dibalas nanti Oleh orang-orang yang baik hati Kiranya pergiku yang pertama  Buat kamu sadar dan banyak berkaca Ternyata tidak dan hanya sedikit iya Kamu tetep menjadi munusia egois sedunia Memaksaku untuk menjadikanmu satu-satunya Seakan hidup dan dunia hanya perihalmu saja Sedangkan kamu tak ada balas apa-apa Katamu cara menyayangimu berbeda Tak se- act or service  yang bisa membawakan tas perempuannya Tak se- words of affirmation  dalam mengutarakan rasa dan cinta Tak se- quality time  untuk mengajakku tamasya  Caramu yang tak kasat mata t...

#Cerpen: Cinderella di Satu Malam

B agian I : Warmindo dan Gelak Tawa Meja Nomor 7 R iuh tawa dari meja pojok membuat suasana ramai. Selepas kelas linguistik yang membuat gadis itu pusing tujuh keliling, ia ikut pergi bersama teman-temannya makan siang di Warmindo. Di meja nomor 7, ada Naila Khansa atau Caca biasa gadis itu disapa, sedang ramai-ramai bersama dua orang temannya menertawakan tragedi Emon di kelas. “Kata gue gini, Ca. Si Emon kok nggak datang-datang padahal minta di- book kursi kelas,” seru pria berbadan besar sambil bercerita yang beberapa kali diiringi tawa sekitar. Caca sering bercerita banyak hal kepadanya. Tino seperti psikolog bagi Caca. Tino pendengar dan penasihat yang baik. Ia tempat curhat Caca. Tino tipikal teman yang asik dan tidak hitung-hitungan terhadap temannya. Dia baik hati. Tapi sangat menyebalkan. Sangat sangat! Gadis itu receh. Beberapa kali tertawa renyah sambil sakit perut akibat tertawa mendengarkan Tino bercerita. “Anjing gue malu banget sial,” sahut pemuda kurus di sebel...