Skip to main content

Serta-merta Nestapa Fafifu dan Babibu

serta-merta yang diterpa nestapa
membela diri demi harap dan asa
berusaha menjadi luar biasa
di hadapan tuan yang baginya sempurna
selayaknya ingin dibalas perihal rasa


pemikiran kerdil dan harap yang serba ada

dirajut oleh aksi yang hanya terpampang di layar maya

angan yang timbul tak bisa disalahkan jua

antara ia dan pemudanya – sebab akibat selalu tersedia


ia seperti kehilangan diri sendiri

si senang berbicara tiba-tiba bungkam akibat jatuh hati

menjaga tutur kata demi keselarasan situasi

berusaha menyenangkan demi menghindari pengharapan bertepi


pemikiran yang luar biasa membuat ia jatuh hati

tapi ...

ia merasa kecil, pasti

merasa bukan yang patut dibanggai

penuh rasa tidak aman dan tak percaya diri


kiranya rasa tidak aman dalam diri

akan hilang dipupuk apresiasi 

rasa tak terkendali akibat isi kepala dan hati

dapat dipadamkan oleh afirmasi


kiranya baya yang selisih tiga

akan meninggalkan kesan berbeda

toleransi, dikasihi, dipahami, di-di-di lainnya

hingga timbul rasa aman dan yang hilang seram di kepala


agar setidaknya ia merasa menjadi sesuatu yang berarti

tanpa fafifu yang membuat patah lagi

tak ingin jatuh berkali-kali

menerpa malam penuh sepi


harapnya begitu, nyatanya tidak begitu

hilang tanpa babibu

menciptakan khawatir yang abu

kini berubah menjadi belenggu


entah apa istilahnya lagi

langkahnya membuat ia merasa rendah diri

pewajaran di benak meyakini selayaknya terjadi

bagai kelopak yang jatuh sebab angin lalu

dibuatnya ia merasa kerdil dan dungu

dibuatnya ia merasa tak pantas dan halu


tentang apa yang ia khawatirkan sejak awal

seakan terkonfirmasi tanpa asal 

Comments

Popular posts from this blog

Nyawa Terakhir di Dunia Tanpa Peta

Aku melangkah ke dunia yang sunyi, tanpa kompas, tanpa pelita di sisi. Berbekal hati yang penuh cinta kuisi, dan kepala penuh teka-teki yang menari. Tak satu pun suara memberi petunjuk, hanya diam yang menggema dan merasuk. Ini bukan sekadar permainan biasa, ini labirin tanpa batas dan tanpa jeda, Setiap keputusan bisa jadi bencana, atau harapan yang tiba-tiba menyala. Aku belajar bagai buta yang meraba cahaya, menyusun serpihan tanda tanpa suara. Kutulis semua di lembar jiwa, karena tak ada siapa pun yang bisa ditanya. Tapi, sebetulnya bisa kuubah jalan, meretas kode menuju jawaban. Namun kupilih tetap bertahan, demi sebuah pemahaman. Dahulu aku punya tiga nyawa tersisa, kugenggam erat bagai warisan semesta. Karena kupikir masih ada yang bisa dijaga, masih bisa pulih meski luka di mana-mana. Kini tinggal satu denyut di dada, berbunyi seperti genderang perang tanpa jeda. Level ini tinggi—udara pun tak bersahaja, tiap langkahku gemetar, tiap napasku bertanya. Tubuhku luka, langkahku pel...

#Cerpen: Penonton dan Pengisi Acara

Di setiap acara, gadis berbadan mungil itu berusaha untuk menyempatkan waktunya menghadiri seminar, book discussion dan lain-lainnya. Seperti hari ini, ia menyempatkan waktu pulangnya untuk datang ke seminar literasi di fakultas ilmu sosial dan politik. Ia datang hanya seorang diri demi seminar yang mengangkat tema menurutnya menarik. Teman-temannya sudah tak heran melihat gadis itu yang nyeluntur sendirian tiap ada acara. Sasha, biasa gadis itu dipanggil. Paling senang menghadiri acara seminar dan festival literasi, diskusi buku, dan sejenisnya. Tak hanya mendatangi acara dengan tema-tema tertentu. Gadis itu rutin datang ke acara diskusi buku rutin yang diadakan tiap hari Rabu pukul empat sore oleh komunitas Diskala atau Diskusi Buku dan Literasi. Sasha termasuk yang aktif berpartisipasi dalam komunitas tersebut. Siang ini sehabis kelas, gadis itu melangkah masuk ke gedung fakultas sosial dan ilmu politik. Tubuhnya yang mungil dengan pakaian casual dan sneaker putih yang selalu...

Rahasia

Ada yang gelisah sambil menatap keluar dari jendela Langit malam dengan udara dingin seolah ingin menyamai posisinya Bulan dan bintang seakan gagu Ada yang resah tentang tanya Sinar rembulan malam itu tampak redup, ia pun seperti ragu menampakan cahayanya Suara-suara jangkrik tak terdengar, seolah bisu Banyak yang bertanya-tanya Tapi mereka tak dapat menjawab Dan tentang semua ini Semesta tahu jawabnya. —Teruntuk kamu yang sampai saat ini masih terlalu ambigu untuk ku. Obrolan-obrolan ngaco di setiap harinya pun semu. Tulisan ini dari ku yang masih menunggu apa mau mu.