Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

You in My Dream

         Namun tiba-tiba aku terbangun, dan kulihat jam menunjukan pukul 09:22. Mataku berair. Langsung kucek hp dan segera ke personal chatnya. Tidak ada. Tidak ada chat darinya.          Entah apa yang kumimpikan sehingga membuat pagiku terasa aneh. Samar-samar kudengar dari balik pintu kamarku yang masih terkunci. Suara Mama dan seseorang yang tak asing.     "Alika belum bangun? Lah, masih dikunci pintunya."       Pandangan kualihkan ke arah pintu. Ah, itu suara Kakak perempuanku yang kebetulan jadwal mainnya adalah hari ini. Aku diam sebentar, sebenarnya apa yang terjadi di mimpiku tadi malam, sehingga membuat ku bangun hampir siang seperti ini.        "Ka, buka pintunya, Neng!"       Suara Mama membuat kutergerak untuk segara membuka pintu. Kemudian ia masuk, mengambil sesuatu yang tidak lama keluar. Aku segara membuka gorden agar cahaya matah...

Stay or Start Again.

Drttt. Drrttt.     Tiga pesan baru dihandphone milik Mika yang masih enggan ia baca. Ia kedapatan piket hari selasa ini. "Udah bersih kan?" tanya Mika pada teman sekelasnya. "Udah. Lo kalo mau balik, balik aja."      Ia mengambil tas dan segera keluar kelas, sambil berkali-kali mengibaskan tangannya untuk meminimalisir gerahnya. Kemudian membuka pesan masuknya. Dari Darren.   'Lo dimana?'   'Ke depan ruang tata usaha.'    'Sekarang.'    Mika mempercepat langkahnya. Ini gara-gara Darren yang labil akan waktu meminta lagu. Ia bilang, saat jam istirahat pertama, tidak jadi. Istirahat ke dua, tidak jadi. Akhirnya, jam pulang.      Membuat Mika yang tadinya ingin pulang cepat jadi terhambat. "Ngapain?" tanya Darren diiringi tawa. "Lah, ini jadi ga? Gue pulang nih." "Iya, jadi-jadi."      Mika duduk disebelahnya. Rasa-rasa throwback muncul kembali. Sejujurnya Mika rindu moment ini. ...

Remember part 1

    Ba'da dzuhur Mika masih betah berada lama-lama disekolahnya, selesai sholat dzuhur tadi ia langsung stay dibalkon depan kelasnya yang tepat banget depannya lapangan.    "Kirain gue lo udah balik, abisan tas lo gaada dikelas." Via yang Mika anggap jadi teman curhatnya itu ikutan duduk disebelahnya.    "Gue gabawa tas, haha. Lagian classmeet kayak gini mana mungkin belajar."     "Terus lo masih mau nontonin classmeet futsal?" Mika mengangguk.      "Mana lawan mana?"      "Sepuluh ipa satu lawan dua belas ips dua."      "Duabelas ips dua?" Mika mengangguk dan tersenyum.       "Rayhan Abidzar?" Mika tersenyum dan mengangguk lagi. Alasan Mika masih stay nonton futsal lebih lama, karena seseorang yang ia kagum-kagumkan yang akan main.      Mika kagum padanya akan kemahirannya bermain futsal. Tapi, Mika cuma bisa ngeliatin dia dari jauh saja...

Remember part 2

Hari kelima, luka sudah membaik. Tapi, Mika masih disuruh mengenakan plaster. Hari ini sepertinya Via datang agak telat. Soalnya sudah jam segini belum datang.    Baru saja ingin menelpon, tiba-tiba ada sms masuk. Mika kira dari Via. Ternyata bukan. Nomernya juga belum tersimpan dikontak.      'Luka lo parah banget kali? Kok sampe lima hari gini masih pake plaster?.'     Hah! Ini siapa? Sms ini membuat Mika celingak-celinguk mencari pengirimnya yang sepertinya masih disekitaran ini.    Siapa pengirimnya. Kak Rayhan, mustahil. Via, tidak mungkin. Lagipula nomernya Via sudah Mika simpan. Ingin membalas, Mika baru ingat nomernya dalam masa tenggang.     Via sudah datang. Mika langsung ceritakan kejadian baru saja. Ditengah-tengah Mika seru bercerita, tiba-tiba ada sms masuk lagi.     "Tuh, Vi. Gue rasa nomer yang tadi lagi deh."     "Coba buka." setelah dibuka, ternyata dari Anisa.   ...

Ikhlaskan

 Seusai shalat ashar, Darren menjemput Mika dirumahnya. Mereka sudah janjian untuk menonton lomba akustik disalah satu tempat perbelanjaan.     Ternyata, Darren sudah datang. Keduanya pergi ke tempat tujuan. Sampai sana, mereka menyaksikan penampilan teman-temanya. Karena banyak orang yang menonton, Mika dengan postur tubuh yang mungilnya demi ingin melihat penampilan teman-temannya sampai jinjit-jinjit.    Alhasil, Darren menertawai Mika. Mika sebal. Tapi, Darren menikmati suasana saat ini. Lagu Mungkin Nanti-nya milik Peterpan yang sedang mengalun, membuat suasana seperti sedang galau-galauan, padahal tidak.    Penampilan teman-temannya selesai. Mika dan Darren mengahampiri mereka kebelakang panggung. Bersalaman, memberi semangat untuk optimis juara, mengobrol-ngobrol.    Setelahnya, Darren mengajak Mika ke lantai atas. Sebenarnya Mika kurang tahu dengan tempat perbelanjaan ini, jadi kemana-kemananya pun Mika akan ikut Darren saja....

Aku, Kamu dan Nasi Padang

   Hujan tiba-tiba turun dengan deras. Ah, sial! Seharusnya jangan turun dahulu sebelum sampai dirumah. Mika lapar, ingin makan. Biasanya jam pulang dari kampus seperti ini Mamanya sudah memasak makanan kesukaannya. Ia terjebak hujan didekat kampusnya. Perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.       Kemudian, matanya melihat sebuah rumah makan disebrang jalan sana. Rumah makan Nasi Padang. Mika berlari mengahampirinya, melawan hujan yang masih menderas. Sampai.     Mika mencari tempat duduk. Disini, dekat jendela. Ini adalah tempat favoritnya. Mika memesan kepada pelayan. Hah, rasanya ia teringat sesuatu soal Nasi Padang. __ *flashback.     Kegiatan eskul yang diadakan hampir tiap hari sudah selesai untuk hari ini. Mengingat besok adalah hari H lomba paduan suara diadakan. Mika bergegas memakai sepatunya. "Mik, mau pulang?" Tanya Zikri. "Iya." "Bareng aja, gaenak pergi bareng pulang sendiri. Tunggu, gue pake sepatu dulu....

Caramel

  Rey lupa kalau dasinya terbawa oleh Pandu. Sialnya Pandu udah ngebut sama motornya. Ah! Bagaimana ini, jika dasinya tidak ada Rey akan kena hukuman saat upacara hari senin.   Rey berlari mengejar Pandu, semoga belum jauh. Karena jam pulang sekolah yang sudah tiba, banyak siswa-siswi yang berlalu lalang ingin pulang. Membuat Rey susah untuk berlari cepat.  Tiba-tiba....  "BUG!"  Seseorang terjatuh tertabrak Rey. Ternyata siswi yang memakai hijab yang terbentur oleh Rey.  "Eh sorry, sorry. Gue gasengaja." Cewek itu tidak apa-apa, tapi ia seperti mencari sesuatu. "Tapi, novel punya gue..."  Rey segera mencari novel disekitarnya. Tertemu! Rey mengambilnya, membaca sekilas judulnya. "Moccacino." batin Rey. Dan ia segera memberikannya, lalu meminta maaf.  __ Hujan langsung turun deras tiba-tiba. Membuat Rey mampir ke kedai yang berada didekat sekolahnya. Itung-itung neduh sambil meminum kopi.    Ia duduk dikursi dek...