"Terima
kasih, Anindya."
"Sama-sama."
Keduanya
duduk di pelataran kursi kampus, di bawah pohon rindang yang anginnya lumayan
mengurangi rasa panas. Kemudian mereka membahas salah satu band yang
nanti akan menjadi bintang tamu di acara jurusan mereka.
“Bintang
tamunya Banda Neira, Nin. Tahu lagu-lagunya?” tanya Eki sambil melirik Anindya.
"Cuma
tahu beberapa lagu doang, itu juga karena banyak anak-anak yang sering dengar
di Spotify, gue penasaran dan ikut dengar juga," ucap Anindya diiringi
cengiran kecil.
"Tahu
yang judulnya Sampai Jadi Debu?" tanya Eki memastikan.
Anindya
mengangguk sambil tersenyum kecil. Cantik, batin Eki.
"Kalau
yang judulnya Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti?"
Anindya mengangguk lagi. Kali ini dengan senyum agak lebar yang membentuk eye smile di matanya terlihat, jadi tambah cantik.
"Pasti lagu yang satu ini lo nggak tahu."
Eki berjalan menghampiri pemuda yang sedang mengobrol dengan temannya, kemudian meminta izin untuk meminjam gitar. Eki kembali duduk di sebelah Anindya. Pemuda itu mulai memetik senar gitar dengan hati-hati, mengingat-ingat kunci gitar dengan perpindahan jari yang cukup lihai.
Eki mulai bernyanyi.
Perempuan di paruh
waktu
Hatinya teguh
ditempa kalut
Lelaki di ujung
tanduk
Harapannya
sederhana
Sekisah tanpa
cerita
Sekisah tanpa
cerita
Jika yang tersisa
hanya kita berdua
Jika yang menggila
ada kita berdua
Lekas jauh pergi
Lekas jauh pergi
Lagu
selesai.
"Lagu
ini judulnya Kisah tanpa Cerita, lagunya buat lo."
Anindya
mematung.
Comments
Post a Comment